“And I know, the scariest part is letting go
Cause love is a ghost you can’t control
I promise the truth can’t hurt us now
So let the words slip out of your mouth…”
Christina Perri – The Words
Holaaa!! It’s me again ;D
Lagi-lagi gua absen dari dunia per-blog-an gue karna satu alasan yang umumnya semua umat manusia pasti tahu,
MALAS.
Emang bukan cuma itu sih, tapi itu yang paling mendominasi. Hahaha 😀
Lalu…
Ada gerangan apa sehingga 2 tahun ga posting, kemudian gue muncul dengan After di awal Oktober tahun ini??
Well, cinta bisa bikin kita jadi pujangga.
Sama, karna cinta juga tulisan ini ada.
Mari kita mulai dengan kutipan lirik di atas.
Sepakat ga, kalau gua bilang cinta itu kayak hantu?? Selalu menghantui, datangnya ga permisi, ga bisa dikendalikan, bikin kita uring-uringan. Sampai akhirnya kita bisa tenang ketika kita mampu mengatakan yang sebenarnya apa yang ada di hati “the words” pada orang yang kita yakini.
Tapi, gimana kalau kita gak sempat to tell the truth to the one that got away?? Yang terjadi adalah kita hanya bisa letting go ~
*sigh T_T
Pernah ngerasain gak sih??
Gue??
pernah banget!!
Sebenarnya, sedihnya bukan pada saat ditinggalkan, tapi setelah ditinggalkan.
Itu yang gue rasakan.
Jadi, 8 tahun kenal, saling mendekat, saling menjauh, dekat lagi, jauh lagi, sampaiii pada titik yang tak terelakkan. Harus menjauh dan meninggalkan. Mentok! SELESAI.
Kalau gue boleh gambarin gimana “gue” 8 tahun ke belakang dengan “dia” yang gue pikir ada kesempatan untuk menjadi “kita” itu kurang lebih seperti ini:
Dimana rasa-rasa tersebut terwujudkan dalam perilaku gue yang:
Kadang senyum sendiri,
Kadang gemes sendiri,
Kadang stalking saat rindu.
Meskipun gue ga selalu tahu kabar dia, gue beranggapan dia baik-baik saja, tetep single, tetep inget gue dan kenangan kita.
Tapi sayang, itu hanya asumsi gue semata. Nyatanya, kini dia tak single lagi, tak ingat kita lagi, bahkan telah memiliki keluarga kecil.
Life sucks huh!!
Yang buat gue kecewa adalah dia ga pernah bilang kalau akan ke pelaminan. Okeh, gue ngerti. Gue mungkin emang bukan siapa-siapa dan barangkali karna itulah dia gak kasih tahu.
But, deep down, kita punya kisah. Atauuu karna kita punya kisah itulah sehingga dia gak kasih tahu??
Entahlah.
Akhir cerita, gue hanya mampu memberi selamat dan berpura-pura ikut bahagia but I knew exactly, it was killing me inside.
Setelah ditinggalkan, jiwa dan raga gue mulai berproses dari:
Tahap I : sulit menerima kenyataan
Tahap II : menyalahkan diri sendiri
Tahap II : mengasihani diri
Tahap IV : mengingat kenangan
Tahap V : menangisi kenyataan
Singkat kata,
PATAH HATI
Namun, seperti yang sering orang bijak katakan, selalu ada 2 sisi dalam setiap hal, dalam setiap peristiwa.
Satu sisi yang gue syukuri adalah gue jadi tahu bahwa kisah gue dan dia fix, TAMAT.
Gue ga perlu menanti dalam ketidakpastian.
Dan
Satu sisi yang gue sesali ialah gue gak pernah bilang ke dia my true feeling. After he’s gone baru gue realize, I love him.
So, pelajaran yang bisa dipetik yakni:
If you find someone that makes you pretty sure that he is the one, then say that “magic word” as soon as you can, before you never get the chance to tell him at all.
Sekarang gue hanya perlu hidup tanpa dia. Tanpa stalking, tanpa menyimpan chat-nya, tanpa menyimpan kontaknya.
Gue pikir akan sulit, tapi setelah gue jalani seminggu ini ternyata gue baik-baik aja even better.
You won’t really know until you really do!!
And then..
Just wait and see..
The After
ps: sumber gambar patah hatinya dari sini