After..

“And I know, the scariest part is letting go

Cause love is a ghost you can’t control

I promise the truth can’t hurt us now

So let the words slip out of your mouth…”

Christina Perri – The Words

 

Holaaa!! It’s me again ;D

Lagi-lagi gua absen dari dunia per-blog-an gue karna satu alasan yang umumnya semua umat manusia pasti tahu,

MALAS.

Emang bukan cuma itu sih, tapi itu yang paling mendominasi. Hahaha 😀

 

Lalu…

 

Ada gerangan apa sehingga 2 tahun ga posting, kemudian gue muncul dengan After di awal Oktober tahun ini??

Well, cinta bisa bikin kita jadi pujangga.

Sama, karna cinta juga tulisan ini ada.

 

Mari kita mulai dengan kutipan lirik di atas.

 

Sepakat ga, kalau gua bilang cinta itu kayak hantu?? Selalu menghantui, datangnya ga permisi, ga bisa dikendalikan, bikin kita uring-uringan. Sampai akhirnya kita bisa tenang ketika kita mampu mengatakan yang sebenarnya apa yang ada di hati “the words” pada orang yang kita yakini.

Tapi, gimana kalau kita gak sempat to tell the truth to the one that got away?? Yang terjadi adalah kita hanya bisa letting go ~

 

*sigh T_T

 

Pernah ngerasain gak sih??

Gue??

pernah banget!!

 

Sebenarnya, sedihnya bukan pada saat ditinggalkan, tapi setelah ditinggalkan.

Itu yang gue rasakan.

 

Jadi, 8 tahun kenal, saling mendekat, saling menjauh, dekat lagi, jauh lagi, sampaiii pada titik yang tak terelakkan. Harus menjauh dan meninggalkan. Mentok! SELESAI.

 

Kalau gue boleh gambarin gimana “gue” 8 tahun ke belakang dengan “dia” yang gue pikir ada kesempatan untuk menjadi “kita” itu kurang lebih seperti ini:

20191004_115252

Dimana rasa-rasa tersebut terwujudkan dalam perilaku gue yang:

Kadang senyum sendiri,

Kadang gemes sendiri,

Kadang stalking saat rindu.

 

Meskipun gue ga selalu tahu kabar dia, gue beranggapan dia baik-baik saja, tetep single, tetep inget gue dan kenangan kita.

Tapi sayang, itu hanya asumsi gue semata. Nyatanya, kini dia tak single lagi, tak ingat kita lagi, bahkan telah memiliki keluarga kecil.

 

Life sucks huh!!

 

Yang buat gue kecewa adalah dia ga pernah bilang kalau akan ke pelaminan. Okeh, gue ngerti. Gue mungkin emang bukan siapa-siapa dan barangkali karna itulah dia gak kasih tahu.

But, deep down, kita punya kisah. Atauuu karna kita punya kisah itulah sehingga dia gak kasih tahu??

 

Entahlah.

 

Akhir cerita, gue hanya mampu memberi selamat dan berpura-pura ikut bahagia but I knew exactly, it was killing me inside.

 

Setelah ditinggalkan, jiwa dan raga gue mulai berproses dari:

Tahap I            :           sulit menerima kenyataan

Tahap II           :           menyalahkan diri sendiri

Tahap II           :           mengasihani diri

Tahap IV         :           mengingat kenangan

Tahap V          :           menangisi kenyataan

 

Singkat kata,

PATAH HATI

gambar patah hati

Namun, seperti yang sering orang bijak katakan, selalu ada 2 sisi dalam setiap hal, dalam setiap peristiwa.

Satu sisi yang gue syukuri adalah gue jadi tahu bahwa kisah gue dan dia fix, TAMAT.

Gue ga perlu menanti dalam ketidakpastian.

 

Dan

 

Satu sisi yang gue sesali ialah gue gak pernah bilang ke dia my true feeling. After he’s gone baru gue realize, I love him.

 

So, pelajaran yang bisa dipetik yakni:

If you find someone that makes you pretty sure that he is the one, then say that  “magic word” as soon as you can, before you never get the chance to tell him at all.

 

Sekarang gue hanya perlu hidup tanpa dia. Tanpa stalking, tanpa menyimpan chat-nya, tanpa menyimpan kontaknya.

Gue pikir akan sulit, tapi setelah gue jalani seminggu ini ternyata gue baik-baik aja even better.

 

You won’t really know until you really do!!

 

And then..

 

Just wait and see..

 

The After

 

ps: sumber gambar patah hatinya dari sini

 

Cinta Dan Rahasia

Haaaiii.. akhirnya setelah sekian lama gue baru lagi nih posting tulisan.

Tulisan kali ini bukan tentang hidup gue, nope! Tetapi tentang sesuatu yang ada dalam rutinitas keseharian gue. Sama? Ga! Beda. Tapi gua ga akan membahas beda atau gak nya dimana karna gue gak mau ber-wasting time dalam membuka tulisan gue ini. Langsung aja yuk selami tulisan gue yang gue beri judul Cinta dan Rahasia ini.

Cinta dan rahasia adalah sebuah judul lagu yang dinyanyikan oleh Yura Yunita -solois wanita yang gue idolain- dan Glenn Fredly. Lagu ini menjadi soundtrack untuk serial televisi yang berjudul sama, Cinta dan Rahasia dan itulah yang akan gue uraikan dalam postingan kali ini.

Gue dengan tegas memproklamirkan bahwa gue adalah penonton setia dari serial drama ini. Dari awal serial ini dipromosiin gue udah penasaran pengen nonton sampai serial ini mulai -6 Februari 2017- dan season 1 nya selesai, gue setia nonton dan berharap akan ada season 2 nya, ternyata benar ada lanjutannya (Agustus 2017). Sampai season 2 nya mau habis pun gue masih setia nonton. Rasa-rasanya gak pernah gue lewatin satu episodepun dari serial ini.

Serial yang ditayangin oleh channel televisi masa kini ini beda dengan sinetron-sinetron lainnya. Ga ada tuh peran yang jahatnya amat sangat atau judes yang judesnya sangat, serial ini BER-BE-DA!

Ceritanya sih tentang cinta dalam persahabatan gitu deh. Gue setia nonton ni serial bukan karna relate sama kisah asmara gue, sama sekali enggak, jauh bahkan. But the story surprisingly persuade me to get into sama ni serial, suer deh. Jujur gue bukan peminat sinetron, 1001 macam sinetron lo taruh di depan gue, ga akan gue sentuh buat nonton. Tapi serial ini, beugh! Meluluhkan gengsi gue. Jalan ceritanya, akting para pemerannya, chemistry diantara mereka sampai persoalan audio pun alias musik latar di setiap scene itu semuanya nyatu. Bikin tontonan ini nyesel kalo dilewatin.

Jadi singkat cerita serial ini menjadi tontonan wajib gue setelah Maghrib -gue tinggalnya di timur Indonesia jadi nontonnya jam segitu- dan ternyata hal ini menular ke orang rumah. Nyokap sebagai contohnya. Awalnya nyokap sih cuek-cuek aja karna fikir pasti sama deh dengan sinetron-sinetron lain, yang drama-dramanya bisa di-zoom-zoom-in semuka-muka tapi karna lama-lama liat gue yang taat banget nungguin ni teleseri akhirnya nyokap pun ikut menonton, alhasil ia ketagihan pulak. Hahak!

Apakah sampai di situ saja? Tentu tidak. Teleseri ini bukan cuma membuat gue dan nyokap menjadi korban pengikutnya tapi juga sepupu gue ikut ketularan. Sama halnya dengan nyokap, sepupu gue mulanya kalo gue nonton biasanya dia cuma lewat doang, lirik pun kagak tapi pada suatu hari gue sama nyokap lagi nonton, dia pun ikutan tapi secara tidak sengaja ia menontonnya. Jadi ceritanya ruang tv dan ruang makan kita itu digabung nah jadi pada saat itu sepupu gue lagi makan, obviously dia juga ikutan nonton. Eh pas habis nonton dia malah ajak gue buat ngebahas jalan ceritanya. Katanya sedikit relate sama relationship-nya dia. See? Lagi-lagi ni serial memakan korban.

Akhirnya gue jadi happy, orang rumah udah pada nagih nonton ni teleseri. Bahkan yang biasanya gue duluan depan tv selepas Maghrib, sekarang selalu keduluan nyokap.

Okeh, sekarang mari kita bicarakan sedikit tentang ceritanya. Seperti yang tadi gue bilang, ceritanya tentang cinta dalam persahabatan. Mana ada sih persahabatan antara cewek cowok yang murni sahabatan? Pasti ada lah salah satu diantaranya yang kebawa perasaan. Nah itu tuh yang serial ini coba sajikan. Cerita cintanya berputar di antara empat tokoh yakni Rizky, Gita, Nadine dan Dimas. Sebenarnya masih ada juga sih tokoh lain yang hubungan cintanya terpaut dengan keempat tokoh tadi yaitu Nino dan Gadis.

Untuk singkatnya gue bakal membuat alur cinta masing-masing tokoh menggunakan tanda panah. Alur dapat dilihat sebagai berikut:

Di season 1:

Rizky —> Nadine

Gita —> Rizky

Nadine —> Rizky

Dimas —> Gita

Tuh lihat itu adalah alur cinta dari keempat tokoh di atas. Complicated yak? But that’s the point! Itu yang bikin seru. Jadi, karna Rizky ini suka sama Nadine maka diungkapkanlah perasaan Rizky ke Nadine. Namun, apa yang terjadi? Nadine menolak Rizky karna tahu Gita juga suka sama Rizky. Nadine lebih memilih menolak Rizky daripada harus menyakiti sahabatnya, Gita. Cerita pun begulir sampai pada Gita yang tahu kalau Nadine menolak Rizky karna dirinya -kalo gak salah ingat gue begitu ya- akhirnya Gita pun menjauh dari Nadine dan Rizky. Di tahap ini ia mulai dekat dengan Dimas. Di akhir season Gita kembali berbaikan dengan Nadine. Kali ini mereka terang-terangan berusaha mendapatkan cinta Rizky secara fair, sampai akhirnya Rizky memilih salah satu diantara mereka berdua. Siapakah dia? Yuk lanjut

Di season 2:

Yang dipilih Rizky adalah Gita. Yang patah hati adalah Nadine dan Dimas. Namun kepatah-hatian mereka tak berlangsung lama karna kehadiran Nino dan Gadis, maka alur pasangan mereka dapat gua gambarkan sebagai berikut:

Rizky — Gita

Nadine — Nino

Dimas — Gadis

Wah, kayaknya udah pas yah. Masing-masing dari mereka udah punya pasangan. Tapi sayang, hubungan ketiga pasangan ini gak berlangsung lama. Rizky dan Gita putus, kemudian diikuti oleh Dimas dan Gadis. Putusnya Gadis dan Dimas ini karna Gadis tahu Dimas masih menyimpan perasaannya pada Gita. Setelah itu Nadine dan Nino yang putus, padahal mereka udah mau bertunangan. Namun, Nino tahu Nadine masih menyimpan cintanya pada Rizky.

Nah, sampai sini nih gue mulai berkoar-koar (sama orang rumah) kalo gue team DimasGita. Gue udah orasi kalo dari awal Gita tuh cocoknya sama Dimas bukan sama Rizky. Sedangkan Nadine ya sama Rizky. Ternyata bener episode per episode pun berganti dan 3 episode terakhir yang gue nonton -setelah itu gue ngetik tulisan ini- sampai pada Rizky yang berusaha kembali mendapatkan Nadine dan Gita yang mulai menyadari perasaannya terhadap Dimas. Unfortunately, di saat Gita menyadari perasaannya terhadap Dimas, Dimas pergi meninggalkannya. Ini yang bikin gue gemes-gemes ga jelas setelah nonton. AAARRRGGGHHH!!!

Tinggal 2 episode lagi untuk tahu ending serial kesukaan gue kayak gimana?? But like I said before, gue team DimasGita, gue berharap endingnya bakal berakhir bahagia ☺

Thanks to Dewi Pramita yang udah nulis skenario serial sebagus ini.

Dan thanks buat kalian yang udah baca tulisan ini, mungkin kalian lagi surfing internet tapi nyasar kliknya ke sini.

O iya lupa, satu hal lagi yang buat serial ini istimewa adalah selalu ada quote di tiap akhir episodenya dan di bawah ini adalah salah satunya:

Akulah bulan yang akhirnya jatuh cinta pada sang matahari. Dia pergi di saat aku menyadari, bahwa tanpa matahari, bulan hanyalah benda langit gelap, tak bisa menyinari dengan cahayanya sendiri.

Hmm..mamam tuh! Gilak! Bikin baperrr >.<

Well, akhirnya sampai juga kita di penghujung postingan. Semoga harapan gue bisa menjadi kenyataan dan semoga yang nyasar kesini ga kapok nyasar lagi buat baca tulisan-tulisan gue.

I’ll see you guys on the next post! ☺ bye..

Pencerita Itu

Kemarin – kemarin liat timeline di twitter, lumayan rame RT-an tentang novel Sabtu Bersama Bapak. Banyak yang tersentuh dan muji-muji penulis novel itu. Gue sendiri, belum pernah baca. Pengen banget, udah gue cari ke mana-mana tapi belum nemu novelnya. Tapi, kalo ngomong soal penulisnya tunggu dulu, gue salah satu pemerhatinya.
Gue jadi ingat tahun kemarin, ketika gue di Jakarta gue sempet ketemu sama penulis yang menelurkan banyak karya yang original, begitu berbeda dari yang lain, dan yang pasti khas banget. Layaknya penyanyi yang punya suara one in million, dimana kalo lo denger suaranya lo bisa tau penyanyinya karna emang cuma satu suara kayak gitu. nah samma’, sama kayak penulis satu ini. Gue merasa, satu-satunya penulis di Indonesia yang kalo gue baca langsung tau siapa penulisnya meski ga diterterakan namanya, langsung gue tau dari tulisan-tulisannya ya, dia ini. bagi gue, dia adalah seorang penulis yang berkesan dan ketemunya gue sama sosok ini pun berkesan (buat gue).
Waktu itu tanggal 22 Desember 2013, di galeri 678 Kemang, Jakarta Selatan, sedang digelar event temu penulis gitu yang diadain sama satu penerbit di Indonesia, Gagasmedia. Gue yang saat itu datang pake taksi (dengan terpaksa), terlambat setelah ujan-ujanan nyari-nyari alamat. Gue rela ujan-ujanan, dikerjai sama ibu ibu yang tega ngerjain gue, rela lari-lari di bawah hujan, rela deh pokoknya demi seorang penulis yang lebih suka disebut pencerita, Adhitya Mulya.
Item acara yang pengen gue ikutin udah mulai yakni book battle 1. Sesi ini nampilin penulis-penulis komedi yang berbagi pengalaman mereka dalam menulis. Gue yang telat setengah jam, masuk dengan baju lembab, rambut basah dan .. payung yang juga basah. Sesegera mungkin gue nyari tempat duduk yang paling dekat dengan para penulis di depan, sayang gue Cuma dapat di baris tengah yang condong ke belakang.
Senyum gue langsung merekah ketika menangkap sosok kacamata dengan tampang yang biasanya Cuma bisa gue liat di halaman belakang novel-novelnya, pics-nya di twitter tapi aslinya.. gila yaa to be honest, maniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiss. Gue seketika terpana dan senyum malu-malu gitu. Idiiiiiiiiiiihh..
Setelah puas terpana, gue mencoba liat penulis-penulis yang lain dan kembali mengamati yang bikin terpana tadi hahaha..
Selang beberapa detik, gue kemudian menetralkan diri, lanjut dengan mulai mengikuti ngobrol bareng penulis (tapi tentu mereka aja yang ngobrol, kite mah denger trus nanya. Itupun nanti). Gue nunggu jatah pencerita ganteng itu ngomong. Pas ditanya sama moderatornya tentang … (gue lupa) yang terjadi adalah gue terpana untuk kedua kalinya. Oh goshh.. suaranya pun bagus iiiiiiiiiiiiiiiyyyy halus-halus cowok gimanaaaaaaa gitu gue semakin terlenaaaa (woy! Lakinya orang woy!!)
Untunglah gue ga meledak dengan mata penuh binar disitu karna jelas banyak orang, but seriously gue ga nyangka dia juga punya suara yang oke. *.*
Gue dibikin lebih kagum lagi sama pembawaannya, gaya ngomong yang pas, apa adanya, jujur, dan ga bisa ngelucu banget kalo bukan di atas kertas hahaha even he tried it but didn’t work hahaa..
tapi dia keren. Really, I mean it.
Yang terjadi selanjutnya, gue mulai sibuk dengan dunia invisible yang fortunately hanya ada di kepala gue. I’m falling in. not the person, but the novels. Gue jatuh cinta pertama kali sama novel Jomblo-nya, seperti cinta pertama yang ga bisa dilupain. Gue jatuh cinta sama tulisan-tulisan Adhitya Mulya. Gue yang tinggal di timur Indonesia, jaman kelas 3 SMP atau kelas 1 SMA liat itu novel, liat judul covernya (yang emang gue banget saat itu, jomblo. Saat ini juga sih, jomblo *sigh*) langsung gue beli. It always took me to read it again and again. Never get bored, NE-VER.
Bertahun-tahun kemudian, gue bertemu live,liat langsung sama penulisnya ga pake siaran tunda.lo bayangin gimana rasanya? Gue semakin jatuh cinta.
Ini kekaguman luar biasa yang gua alami. Maksud gue orang mungkin mikir itu Cuma novelis dan novel-novelnya, Cuma hiburan dan sebagainya. Tapi ga tau kan, kalo novel itu bisa ngefek banget ke seseorang, berasa novel itu punya pengaruh buat diri lo dan itu yang gue rasain dari cerita-cerita Adhitya Mulya.
Renungan gue akhirnya buyar ketika si mba moderator mempersilahkan yang udah denger daritadi buat nanya. Gue? Pengen pisaaaaaaaaaaaaaan nanya, tapi dasar pemalu, gue Cuma diem senyum dan sibuk bercakap dalam hati.
Lagi-lagi gue dibikin kagum. Orangnya humble. Gue pikir ini fiktif doang sebagaimana dia tulis di salah satu novelnya, tapi ternyata memang humble, keliatan kok. Kelihatan dari caranya menjawab, kelihatan juga cerdasnya. Emang dasar penulis berisi, tahu harus berkata apa dan bagaimana berkata.
Yang gue inget:
• Filosofinya tentang tulisan, topi seniman, dan topi marketing. “ketika lo nulis, lo pake topi seniman lo karna apa yang lo tulis itu karya seni. Setelah kelar baru lo pake topi marketing lo”.
• Prioritasnya adalah kerjaan dan keluarga. (sebenernya yang ini gue udeh tau karna gue pernah baca di twitternya @adhityamulya) jadi wajar kalo nulis dinomertigakan. Karna kerjaan dan keluarga adalah prioritas, dia ga bisa nulis kalo kerjaannya belom kelar.
• Ada yang nanya soal Jomblo yang kok bisa segitu melegendanya. “write something relates to people” itulah jawabannya. Semua orang pernah ngalamin yang namanya jomblo, itu ngena banget. Makanya meski ga ada social media macam twitter saat itu pun tuh novel bestknown banget, bahkan sampe sekarang.
• Ada juga yang nanya masih tentang Jomblo dan di sini gue dapet pencerahan bahwa ketika lo nulis romance, gaya apa yang mau lo pake karna komedi adalah gaya pembawaan dari lo nulis cerita. Gaya, jangan kebalik yaa.
See? Ckckck.. padahal latar studinya teknik sipil tapi.. speechless guah.
Selesai menyimak semuanya umm.. ralat sebagian karna sebagian lagi gue asyik nikmati tampangnya yang manis. Heh! Okeh, fokus.
Tibalah waktunya book signing jeng jeng jeng.. awal dimana gue mulai:
Ya Allah, ga ada batre ni kamera >.< Kenapa siiih Cuma satu novel gue bawa? >,<
Nyesel.
Ketemu penulis idola tu kayak ketemu gebetan, udah ancang-ancang pengen ngomong, nanya ini itu byyyyyuuuuuuuuuuaaaaaaaarrrrrrrr hilang entah kemana kata-kata.
Pas giliran gue (gue ga tau lagi gimana tampang gue mengingat gue sempet bolak balik jalan dalam hujan nyari alamat galeri)
Gue senyum dan sodorin Travelers’ Tales. Langsung, halaman profilnya gue buka pas mau dibalik ke halaman depan, gue bilang “ga, di situ aja”.  Trus, gue ditanya “namanya siapa?” “amy” auuuuuuuuuwwww!! Rasanya kek dunno how to express it. Meski nanya nama doang, meski gue tau bukan Cuma gue yang ditanya tapi gue seneng nya seneng minta dolar. Banget nget nget. Gue seneng karna ga nyangka bisa ketemu, dan aah gue bener-bener ketemu, ngobrol lagi sama gue. Live!
Sembari signing gue sempet nanya, “jadi Jusuf ya di situ?” “iya” sambil senyum gitu. Oooohh meeeeeeeeeeeeeennnnn sweeeeeeeeeett senyumnyaaaaaaahh. Kelar signing 2 kali (hehe gue minta di halaman depan juga) gue salaman dan nitip salam buat teh Ninit dan anak-anaknya yang gue sebut “salam juga buat Aldebaran dan lebaran yang lain” hahaha..sumpah! abis signing gue ngakak sendiri, gue lupa nama anaknya yang satu, mumpung rimanya sama ya udeh gue hantem hahak.
Serius, beneran ramah. kalo mungkin ada yang denger atau liat trus mikir orangnya sombong atau apa, enggak kok. Keliru kalo ada yang begitu. What he thinks and says based on just the way he is, karna Just The Way You Are punyanya Bruno Mars (mulai garing gueh :P)
Good luck dunia akhirat buat kang Adhit dan keluarga.

Pencerita seru
Selalu ditunggu
Sepanjang masa
Dimana-mana 

2013 In Review

Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa………

yang udah kangen sama gue, mana suaranyaaaaaaaaaaaaaaaaaa???

haha..yaya.. gue tau,

gue tau kalo gue ngangenin, gue tau kalo gue udah menghilang setahun kemarin, gue tau kalo gue sempet ngeposting tapi cuma  3 biji tulisan. hehehe.. but no worries, sekarang ini, menit ini juga gue bakal me-review apa-apa aja yang udah terjadi sama gue atau yang gue alami selama 2013. ready?

here  I go..

Januari

Ga banyak yang terjadi di bulan ini, tetep dengan nentorin anak-anak yang pinter, manis, baik-baik serta sekelas anak- anak yang segede buto ijo bandelnya. hahak, but it was fun. enaknya ketika lu nyemplung ke dunia anak-anak atau remaja, it takes you to turn your childhood back dimana itu mempermudah lo untuk berada di tengah -tengah mereka. yang lain yang gak kalah fun-nya adalah gue masih tetep setia bercuap-cuap on the mic. Gue bersyukur dan ga pernah ga hepi dengan kerjaan satu ini. menurut gue yang namanya pekerjaan itu bukan cuma lahan cari penghasilan tapi ketika kita ngerjainnya pun bisa bikin kita lupa kalo ‘eh tadi kan gue lagi sedih?’. cascus depan mic + muterin lagu = obat galauuu (tapi tergantung lagunya juga sii). Emang sii, ga seberapa salary-nya tapi lo bebas jadi jadi diri sendiri 🙂

Februari

Masih sama, nentor tetep kenceng, siaran pun sama kencengnya. Hanya saja di bulan ini gue mulai dilema*.

* “Dilema itu bro, buah yang bulet, banyak bijinya, trus skarang susah gue nemu” | ” “itu Delimaa, pitak!”

“Dilema itu bro, yang ‘aaaaah gue jangan dilema pake itu doong, sakiit” | “itu dilempar” —,—

Maret

hmm.. ini bulan yang cukup sedih buat gue. Ini bulan terakhir bersama anak-anak nentor gue. Gue udah terlanjur sayang sama mereka. Satu hal yang gue dapat dari pengalaman gue sebelumnya adalah CHEMISTRY itu penting!. Gue udah klik sama mereka, bahkan ada yang nanya ‘miss, term depan masih di sini kan?’, ‘miss,minggu depan drama kan?’, ‘miss, pasti punya banya pacar yaaaa?’ <— mbok ya ini kok bisa masuk?

aaaaaaaaaaanywaaaaaay, gue sedih. gue sedih dan gue berkaca-kaca pas hari terakhir gue nentor. Bukan karna dompet gue yang terancam menipis tapi karna itu tadi, gue udah sayang sama mereka.

Gue resign karna jadwal nentor yang saling nabrak dengan jadwal siaran (korbannya gue) dan gue benci harus memilih. but, I had to. Unsurprisingly, gue milih radio dan itu keputusannya. so, keep airing, airing and airing.

April

🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 🙂

Mei

🙂 🙂 🙂 🙂 🙂 😦 😦 😦 😦 😦 😦 🙂 🙂 🙂

Juni

Sebenernya di bulan ini masih ada bekas-bekas sedih dari bulan sebelumnya but as I said before, airing always works in healing galauuuuuu.

Juli

Ini masa-masa menyedihkan, ngebetein, ngebosenin, dan begitulah karna satu kendala teknis yang terjadi bikin gue dkk break sejenak cuap-cuapnya tapi harus sabar kan lagi puasa hehehe..

Agustus

Lebaran, lebaran, lebaran

makan enak, makan ini, makan itu

alergi kambuh, gatal-gatal, bentol-bentol dan selalu timbul aksesoris alami tambahan di pipi.

Belang-belang*

* “belang-belang itu bro, yang biasanya hinggap di daun, warnanya ijo trus bisa terbang” | “itu belalang, aah gagang sapu”

“belang-belang itu bro, itu yang settingan di pilem-pilem romantis, semacam tumbuh-tumbuhan yang suka bergoyang ditiup angin,warnanya kuning ada lagunya juga” | “itu ilalang” –‘

September

The Sun came up

On this my month

He said whats up

Really it was worth

Oktober

mmm…apa yaa yang terjadi di oktober ni (mulai lupa) o iya, doing such boring things tapi buat gue juga sii.. and I was in Jekardaaaaah

November

Still in J city, lanjutin urusan. ada satu kejadian konyol dan lucu di sini. yang bikin gue ngakak, mo tidur masih ngakak, pas bangun tetep ngakak hahaha biarkanlah gue yang yang tau sendiri. gue kan penuh misteri hihihihi

Desember

Overall di tahun 2013 ini, there were so many good times I had. awal tahun yang berlangsung oke, momen-momen manis nan indah, masa-masa sedih yang mengiris hati tapi tetep tersenyum, saat-saat ngebolang (gue minjem istilah temen gue) di kota besar selama 3 bulan. gue harap saat menutup tahun pun …

but you know, kalo semua sesuai dengan harapan lu

itu bukan namanya hidup

we all can expect

But only God can make.

at the end, gue cuma bisa nerima kalo yaa harus kayak gitu lagi dan ya sudah.

if 2013 almost be a perfect year, then 2014 will be

insya Allah, amiin:)

PS: sepenuh hati sadar kalo postingan gue banyak yang ga baca (liat aja ogah mungkin T_T)  tapi seenggaknya dengan ngepost ini, ada yang bisa gue bantu untuk memori otak gue.